Myjojofan's Weblog

Semoga membuat kehidupan kita lebih bermakna

Asyiknya bersama Upin dan Ipin – kapan yaa kita buat semacam itu ?

Posted by myjojofan pada 19 April 2010

Film anak dari negeri seberang – setelah nonton beberapa episode kok jadi . . . ?

Walaupun sudah bukan anak-anak, kok terasa asyik dan menikmati waktu nonton beberapa episode Upin dan Ipin. Penyajiannya terasa ramah, jelas dan mudah dipahami, ekspresi wajah pemain (walau animasinya sederhana) lumayan pas, ucapannya walau berlogat aneh tapi terasa enak di dengar, daaann alur ceritanya cukup atraktif dan tidak membosankan !

Pertamanya sih hanya sekedar nonton sambil lalu (bener-bener lalu lalang kesana-kemari), lama kelamaan jadi ingin mengikuti lebih lengkap, dan setelah mengikuti jadi terkagum-kagum dan iri – waaah kok milik negeri seberang ya ? jumlah penduduk kita jauh lebih banyak, harusnya jumlah tenaga ahli dan production house jauh lebih banyak – kapan ya ada yang membuat semacam itu ???

Berikut ringkasan dari salah satu episode tentang buah rambutan :

  1. Upin dan beberapa temannya disuruh kakek untuk bantu memetik buah rambutan di kebun si kakek.
  2. Mereka mencoba naik ke pohon rambutan dengan berbagai kesulitan termasuk digigit semut.
  3. Muncul Upin dan Ipin menggotong sebuah tongkat bambu, ditunjukkan bahwa ujung tongkat dibelah sedikit membentuk huruf Y.
  4. Memakai tongkat mereka jepit tangkai buah rambutan, di putar sedikit menjepit sampai tangkai buah rambutan putus dan POK ! jatuhlah setangkai berisi beberapa buah rambutan ke tanah. Begitulah cara mengambil buah rambutan tanpa susah payah naik ke pohon ! katanya cara ini didapat dari nenek.
  5. Si kakek datang bawa tongkat lebih canggih lagi, ada semacam tali atau senar, di ujung ada semacam gunting yang bisa ditarik dengan tali itu. Dengan mudah kakek memotong tangkai-tangkai buah rambutan dan semua berjatuhan !
  6. Setelah banyak, kakek mengajar anak-anak untuk mengikat 20 buah rambutan menjadi 1 ikat; sedang yang tidak bertangkai dimasukkan keranjang.
  7. Lalu dihitung semua ada 40 ikat, kakek menanyakan akan dijual dengan harga berapa ? anak-anak menjawab 2 ikat dihargai 1 ringgit – kakek menjawab Waah terlalu murah nanti kita rugi !
  8. Akhirnya disepakati 1 ikat seharga 3 ringgit. Kakek tanya lagi bakal dijual dimana ? anak-anak menjawab bagaimana kalau di warung dekat situ – kakek memberitahu lagi Waah disitu kan yang mampir sesama penduduk kampung, mereka sudah punya pohon rambutan jadi nggak akan beli. Sebaiknya di tepi jalan raya – banyak mobil lewat mungkin tertarik beli.
  9. Mereka pergi ke jalan raya, tanpa putus asa menawarkan ke mobil yang lewat memakai karton harga dan teriakan. Akhirnya ada mobil menepi, sopirnya ingin membeli semua rambutan dan tanya harga.
  10. Dijawab semuanya 114 ringgit, si sopir protes minta dipotong, dipotong jadi 113 ringgit ! Sopir menawar 50 ringgit, anak-anak tidak mau minta tambah, sopir nawar lagi 80 ringgit. Dan jadi !

Semua disajikan dengan apik, dan tampak jelas bahwa iniĀ  :

  1. Bukan sekedar dongeng anak-anak yang samar / kabur memberikan pesan moral.
  2. Bukan sekedar cerita lucu-lucu.
  3. Bukan pelajaran berhitung atau berkebun yang membosankan – seperti yg sering kita dapat.
  4. Bukan memaksa anak untuk membantu atau berjualan.
  5. Bukan hanya cerita yang tidak jelas tujuannya.
  6. Dan banyak bukan lainnya !

Cerita tersebut mentransfer begitu banyak pengetahuan dan motivasi bagi anak-anak, semua tanpa paksaan atau dibuat-buat – mengalir dengan mengasyikkan !

Bayangkan – kalau dalam setahun banyak episode yang ditonton dengan sukarela oleh anak-anak, diserap pengetahuannya, diserap motivasinya, diserap keasyikkannya – generasi muda seperti apa yang akan muncul nanti ? ? ? H e b a t ! ! !

Pertanyaannya : kapankah kita bisa buat seperti itu ? atau lebih ???

Salam

MYJOJOFAN

Tinggalkan komentar